Cinta menepuk dadanya padaku
Berkacak di depan mataku
Membelalak sombong
Dan berkata, "Memang kau siapa?"
Kujawab pula dengan kesombongan
Kubusungkan dada yang tak bidang
Dan kuseru dengan suara kutegar-tegarkan
"Kau sendiri apa?"
Dan jawabnya masih dengan keangkuhan
"Akulah yang dipuja manusia"
"Dibawahku manusia bersujud dan berlemah jiwa"
"Akulah cinta yang kau impikan siang malam!"
Aku tergugup, mencoba menguatkan jiwa
"Bah kau yang jadi penyakit manusia"
"Membawakan mimpi indah di kepala"
"Lalu menikam dengan kejam sesudahnya"
Dia tertawa, memandangku dengan hina
"Bah, kenapa kau mengingkarinya"
"Kau sendiri yang menganggapku serupa Tuhan"
"Menangisi setiap aku pergi dan tertawa ketika aku datang"
Aku mencoba menentang matanya
Terlampau menyilaukan!
Aku meringis dan menunduk kepala
Dia tergelak-gelak dengan gembira
"Aha bahkan kau telah silau pada indah bayangku"
"Bahkan aku bukan surya, bukan permata"
"Dan kau mengumpat-umpat dengan mulutmu"
"Tapi kau mengharap-harap dalam hatimu"
"Sakit yang kau sebut-sebut, kau ingin pula"
"Lalu kau bertanya-tanya"
"Kenapa aku tak pernah kau temu"
"Kenapa aku tak pernah mendatangimu"
Dia masih saja berkata-kata dengan perkasa
Seolah menghakimiku yang tak kuasa berkata
"Kau tahu jawabnya?"
Aku menggeleng saja lesu
"Aku tak pernah kau temui"
"Sebab kau mengais-ngais di keranjang sampah"
"AKu tak pernah datang kepadamu"
"Karena kau tak pernah benar-benar mencariku!"
Dan aku kian terpuruk
Tak sanggup menghancurkan kesombongannya
Dia benar aku mengingkarinya
Namun aku juga memujanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar